Info Sate Klathak Wonokromo

Momentum Booming Sate Klathak

  • Home
  • blog
  • Momentum Booming Sate Klathak
blog image

Tahun 2000an kuliner asli Nusantara mulai dikampanyekan sebagai bagian dari atraksi wisata. Masakan diwacanakan sebagai kuliner, artinya yang berasal dari dapur. Kuliner asli Nusantara artinya makanan dan masakan yang berasal dari dapur-dapur masyarakat di pelosok Nusantara yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia. Aneka macam makanan daerah Indonesia dimunculkan dan dikibarkan sebagai bagian daya tarik wisata.

Di banyak tempat diadakan pameran atau festival makanan Nusantara. Kadang disertai lomba memasak makanan tradisional. Gambar dan resep makanan daerah muncul dan terpampang di media massa. Para ahli masakan makanan tradisional mendapat tempat terhormat. Mereka dijadikan narasumber pelatihan memasak makanan tradisional dan dijadikan yuri lomba masak memasak makanan tradisional. Masyarakat Indonesia pun menjadi melek kuliner, menghargai keterampilan leluhur dalam hal masak memasak makanan tradisional yang amat lezat.

Lalu muncul aktor atau pelaku kampanye tentang penting dan lezatnya masakan leluhur kita. Dia di kemudian hari dijuluki sebagai pahlawan kuliner daerah di Indonesia. Ya, pada tahun-tahun ini muncul seorang Bondan Winarno yang getol mempopulerkan masakan daerah yang kelezatannya tidak kalah dengan masakan internasional. Sebagai salah seorang pemimpin koran terkemuka, Sinar Harapan, Bondan membuka rubrik Jalan Sutera yang berisi ulasan tentang makanan daerah Indonesia dengan bahasa yang mudah dipahami dan dengan gaya bertutur yang enak.

Kuliner khas Nusantara pun menjadi dikenal kembali oleh masyarakat Indonesia sebagai kekayaan budaya yang layak dilestarikan dan layak ditampilkan di tempat terhormat. Apalagi Bondan Winarno dengan program tayangan televisi yang dikenal dengan Jurus Maknyus menjadi tontonan wajib mingguan bagi masyarakat Indonesia. Mereka tertarik dengan tayangan itu karena ingin mengenal kembali makanan daerah yang tempatnya dijadikan obyek kunjungan Bondan Winaro dan makanan khasnya dijadikan obyek bahasan dalam tayangan itu. Bondan yang dikenal sebagai jago mencicipi makanan, ahli masak dan mengenal hampir semua hal karena dia adalah jurnalis andal.

Selain Maknyus yang kemudian ditafsirkan oleh masyarakat sebagai label masakan berkualitas dan lezat, Bondan juga mengenalkan istilah nendang untuk masakan yang bumbunya jelas dan terasa di lidah. Apa yang ditampilkan Bondan menjadi topik menarik dalam perbincangan sehari-hari di masyarakat. Masyarakat pun berbondong mencicipi masakan yang ditampilkan dalam acara jelajah kuliner ini. Masakan atau makanan yang sudah mendapat komentar Maknyus kontan menjadi laris. Potret dia pun dipasang pada dinding restoran atau rumah makan yang telah dia kunjungi.

Bondang Winarno muncul sebagai public figure, spesialis makanan dan kuliner daerah Nusantara. Dalam hal ini dia juga muncul sebagai motivator bagi peningkatan kualitas masakan tradisional di mana-mana. Sebab setiap pemilik restoran atau warung dengan masakan ini khas betul betul melakukan upaya serius untuk menjaga kualitas masakan yang disajikan dan menjaga kelezatan masakannya. Karena begitu mendapat label Maknyus dari Bondan Winarno dipastikan warung atau restoran ini laris manis dan pengunjung atau konsumennya ingin merasakan kelezatan dan kekhasan warung dan restoran itu sebagaimana Bondan datang dan menikmti masakan yang disajikan dan dijual di tempat itu.

Para pemilik warung atau restoran tentu tidak mau mengecewakan konsumen yang membanjiri warung atau restorannya.

Banyak kota dia kunjungi, banyak pelosok tanah air dia datangi hanya untuk mengenal dan mengenalkan masakan daerah yang memang bisa menghanyutkan lidah. Ulasan tentang pengalamannya mencicipi dan menikmati banyak makanan daerah yang lezat ini kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi buku tentang seratus masakan istimewa Nusantara.

Salah satu makanan yang khas yang dia kenalkan adalah Sate Klathak Wonokromo. Sate yang unik dari segi rasa dan bentuk penampilannya. Rupanya Bondan Nusantara pernah ke Wonokromo, menikmati Sate Klathak, memotretnya dan mengulas pengalaman menikmati lezatnya sate klatak.

Sate Klathak Wonokromo makin berkibar di blantika kuliner Indonesia. Lokasi penjual Sate Klathak Wonokromo pun ditandai sebagai lokasi yang istilahnya recomended untuk didatangi oleh wisatawan dan tamu Yogyakarta. Penjual Sate Klathak tumbuh pesat. Anak cucu, buyut dan cucu keponakan penjual sate klatak yang termasuk anggota Bani Ambyah berjumlah 15 orang. Mereka terkenal semua dan ada lima yang lebih terkenal dan laris.

Warga Wonokromo mudah mendapat peluang kerja di usaha Sate Klathak ini. Dan mereka yang berpengalaman menjadi karyawan perusahaan Sate Klathak yang terkenal lezat pun kemudian ada yang mendirikan usaha warung Sate Klathak.

Lokasi usaha Sate Klathak di jalan Imogiri Timur Yogyakata pun makin ramai dengan hadirnya penjual Sate Klathak generasi baru ini. Jiwa usahawan pun tumbuh subur di masyaraat Wonokromo dan ini semua berkat hadirnya Sate Klathak yang ditemukan dan diwariskan ilmunya oleh Mbah Ambyah, warga Jejeran Wonokromo.

Kemudian, terjadilah booming sate klatak Wonokromo yang bermakna dan signifikan setelah warung Sate Klathak Pak Bari yang lokasi berjualannya di tengah pasar Wonokromo.

Warung sate dia buka mulai siang sampai tengah malam, dijadikan lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2. Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) yang menjadi pelaku utama film besutan sutradara Rudi Sudjarwo bersama produser film Mira Lesmana ini memerankan adegan dinner di tempat Pak Bari yang menjual Sate Klathak di tengah pasar Wonokromo. Ini terjadi di tahun 2014.

Pak Bari menjadi bahagia, merasa beruntung dan bersyukur karena lokasi jualan Sate Klataknya dijadikan lokasi syuting film keren yang ditonton jutaan anak muda itu. Mengapa? Karena setelah syuting film itu, tempat penjualan Sate Klathak Pak Bari menjadi viral dan dicari orang.

Jumlah pembeli Sate Klathak menjadi berlipat jumlahnya. Kalau sebelum ada film itu paling dalam sehari dia memotong dua ekor kambing untuk dijadikan Sate Klathak, setelah ada syuting film itu dia bisa memotong sepuluh ekor kambing untuk persediaan bahan Sate Klathak.

Dalam sehari daging sepuluh ekor kambing ini habis dibeli konsumen saat dimasak menjadi Sate Klathak. Tentu dilengkapi dengan variasi tambahan menu lain masakan berbahan daging kambing. Seperti kronyos dan sate goreng.

Penjual Sate Klathak yang terbilang sukses, Pak Pong, yang punya tiga lokasi usaha dan seratus karyawan, sehari bisa memotong tigapuluh lima ekor kambing. Bayangkan, kalau daging satu ekor kambing rata-rata bisa dijadikan 300 tusuk Sate Klathak, berapa ribu jumlah total Sate Klathak yang dia jual kepada pembeli yang memadati warungnya. Karyawan dia bisa hidup sejahtera, mendapat gaji yang ditransfer pada rekening masing-masing karyawan.

Untuk penjual Sate Klathak yang masih merintis usaha yang generasi berikut dari keturunan Mbah Ambyah bernama Mas Handy misalnya, sudah mampu menghabiskan satu sampai dua ekor kambing untuk dipotong dan dagingnya dijadikan bahan pembuatan Sate Klathak. Penjual sate lainnya yang mulai terkenal, bisa memotong kambing yang jumlahnya di bawah jumlah kambing yang dipotong oleh Pak Pong dan Pak Bari. Ini untuk setiap hari.

Bayangkan kebutuhan daging kambing atau kambing potong sebagai bahan baku syate Klathak Wonokromo setiap bulannya.

Di tengah booming Sate Klathak ini atau ketika Sate Klathak makin popular di masyarakat Bantul, masyarakat Yogyakarta dan masyarakat Indonesia, maka penjual sate yang biasanya menjual sate bumbu pun melengkapi menunya dengan Sate Klathak.

Di semua lokasi kabupaten kota DIY sekarang mudah ditemukan Sate Klathak. Demikian juga di banyak kota di Jawa dan luar Jawa. Para penggemar Sate Klathak memang merasa afdol kalau mereka bisa membeli Sate Klathak di Wonokromo Pleret Yogyakata. Akan tetapi kalau rindu pada Sate Klathak tidak tertahan lagi, mereka bisa membeli Sate Klathak di dekat tempat kediamannya.

Leave a Reply