Info Sate Klathak Wonokromo
Sate Klathak Wonokromo, Kalurahan Wonokromo, Kapanewonan Pleret, Bantul, tercatat sebagai penerima 3 WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) berupa Kuliner Sate Klathak, Tradisi Rabu Pungkasan dan Sholawat Jawi. Ketiganya merupakan satu rangkaian tradisi-budaya peninggalan Mataram Islam yang masih terjaga dan dilestarikan sebagai khazanah penting oleh masyarakat Wonokromo pada khususnya dan warga Yogyakarta pada umumnya.
Berdasarkan Konvensi UNESCO tahun 2003, WBTB merupakan berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, instrumen, obyek, artefak, dan ruang-ruang budaya yang terkait.
Sate Klathak telah tercatat sebagai penerima WBTB, yang dalam definisinya merupakan hidangan daging kambing yang banyak ditemukan di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul, Yogyakarta. Dalam bahasa Jawa, kegiatan membakar sate di pembakaran terbuka disebut “Klathak”.
Sate Klathak ini sangat berbeda dari ragam sate lainnya, yang biasanya yang memakai tusukan bambu. Sedangkan tusukan Sate Klathak yang dipakai untuk memanggang dan membakar terbuat dari besi, biasanya pakai ruji pada roda sepeda. Tusukan besi sebagai konduktor penghangat akan membuat daging lebih masak dari bagian dalam.
Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X, pendataan karya budaya menjadi sangat penting dilakukan, sebagai bukti bahwa kita memiliki keinginan kuat dalam mewujudkan suatu karya menjadi produk peradaban dan catatan suatu zaman. Pelestarian serta pengembangan budaya ini dapat menjadi dasar ketahanan bangsa dan negara di masa depan.
Sebanyak 134 karya yang telah menjadi WBTB di Yogyakarta itu antara lain sejumlah tarian dari Keraton Yogyakarta, sejumlah acara tradisi seperti Sekaten dan Labuhan Merapi, hingga kuliner seperti Thiwul, Gudeg, hingga Sate Klathak.
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Yudi Wahyudin, mengatakan, penetapan WBTB mencakup pendataan, penelitian, pengkajian, verifikasi hingga pengecekan lapangan.
Beberapa objek memang sebagian pelakunya sudah wafat, tetapi eksplorasi sampai didapatkan data yang valid dan sah untuk diajukan ke tim ahli WBTB merupakan hal penting. Penetapan WBTB ini bermakna tidak hanya kehadiran pemerintah dalam rangka melindungi WBTB, tetapi juga sebagai upaya untuk mengumpulkan sumber daya budaya sebagai aset bangsa.
Yudi Wahyuddin menegaskan, bahwa data kebudayaan yang valid bisa mendukung dunia pendidikan, penguatan pendidikan karakter, dan bisa juga dijadikan data sumber penelitian. Selain itu, menjadi inspirasi pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dan diplomasi budaya.
Kalurahan Wonokromo menjadi role model karena sudah melakukan serangkaian kegiatan penetapan WBTB. DIY bahkan sudah menindaklanjuti apa yang sudah ditetapkan. Saat ini di wilayah Kalurahan Wonokromo ada 3 WBTB yang sudah ditetapkan di peringkat nasional. Dan saat ini sedang diusulkan beberapa objek lainnya. Semoga.