Info Sate Klathak Wonokromo

Mitos dan Legenda Sate Klathak

  • Home
  • blog
  • Mitos dan Legenda Sate Klathak
blog image

Rekomendasi Sate Klathak Jogja, Siapa yang tidak mengenal cita rasa kuliner khas Jogja yang satu ini? Makanan berbahan baku daging kambing dengan cita rasa gurih ini ternyata merupakan warisan Kerajaan Mataram Islam.

Sejarawan Kuntowijoyo menyebut, bahwa raja Jawa yang berkuasa selalu dalam balutan mitologi yang menempatkan diri mereka sebagai poros semesta.

Hal ini melebar ke setiap aspek, salah satunya kuliner. Santapan raja bukan hanya sebagai suguhan, namun sebuah ritus para kawula atau rakyat meraih berkah sang raja.

Dennys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya menyebut, ideologi konsentris raja Yogyakarta dan Surakarta menempatkan kerajaan sebagai pusat dunia dan raja adalah sang penjaga keselarasan.

Hidup selaras seorang kawula, jelas Lombard, adalah hidup dalam kehendak raja. Melalui ideologi ini, raja lantas berkuasa atas setiap jengkal tanah kerajaannya. Seperti inilah relasi kuasa berlapis-lapis yang memakmurkan raja.

Dalam Serat Centhini, yang merupakan karya sastra Jawa lama yang memuat berbagai macam aspek kehidupan budaya Jawa, salah atu di antara aspek itu adalah tentang kuliner Jawa.

Fungsi makanan yang terdapat dalam Serat Centhini bermacam-macam, antara lain sebagai fungsi sosial, ritual dan bernilai ekonomi. Fungsi sosial kuliner Jawa dalam Serat Centhini antara lain tampak pada pengisahan bahwa macam-macam kuliner tersebut sebagai jamuan dari tuan rumah kepada tamunya. Fungsi sosial juga tampak pada penceritaan ketika ada hajatan banyak orang yang membawa aneka kuliner sebagai sumbangan kepada orang mempunyai hajatan.

Kuliner yang berfungsi ritual tampak pada pemanfaatan macam-macam makanan sebagai bahan sesaji maupun ruwatan. Fungsi ritual itu antara lain dilakukan ketika akan hajatan, mendirikan masjid, maupun meruwat orang yang lahir sesuai dengan perhitungan pawukon. Setiap manusia yang lahir menurut perhitungan wuku pasti memiliki nasib buruk. Untuk menghilangkan nasib buruk itu maka harus diruwat. Salah satu perlengkapannya adalah makanan.

Fungsi sosial makanan yang terdapat dalam Serat Centhini juga masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat, di antaranya adalah pemberian berbagai makanan ketika orang akan mempunyai hajatan. Memang macamnya tidak selengkap pada waktu dahulu.

Kemakmuran itulah yang menyangga seluruh peradaban dan kebudayaan istana para raja Jawa, termasuk ragam kulinernya. Utusan VOC, Rijklof van Goens, pernah terperangah ketika menghadiri perjamuan tahunan raja Amangkurat I pada tahun 1656.

Van Goens melihat meja raja yang penuh daging kambing, ayam, ikan, dan sayuran yang dibakar, digoreng, hingga dikukus. Semuanya adalah persembahan para bupati yang datang membawa juru masak sendiri untuk menghidangkan makanan khas daerahnya di meja raja.

Leave a Reply